26 Jan 2011

Membuat Monumen Hidup

Setiap tahun, tetumbuhan di bumi ini mempersenyawakan sekitar 150.000 juta ton karbondioksida (CO2) dan 25.000 juta ton hidrogen dengan membebaskan 400.000 juta ton oksigen (O2) ke atmosfer. Dan satu hektar daun-daun hijau mampu menyerap delapan kilogram CO2 atau setara dengan CO2 yang dihembuskan oleh 200 manusia dalam waktu yang bersamaan. Atau setara juga dengan CO2 dari 20 kendaraan bermotor.

Setiap pohon yang ditanam juga mempunyai kapasitas mendinginkan udara di sekitarnya, yang ekuivalen dengan rata-rata lima pendingin udara (AC) yang dioperasikan 20 jam terus-menerus. Dan setiap 93 m2 pepohonan mampu menyerap kebisingan suara sebesar delapan desibel (Zoer’aini Djamal Irwan, 1996).

Data di atas menunjukkan betapa pentingnya tetumbuhan yang hidup berdampingan dengan kita. Namun, data tersebut segera menemui kebuntuan ketika kita melihat kenyataan yang terjadi di lapangan. Apalagi di daerah perkotaan.

Di daerah perkotaan kita melihat, begitu luas lahan pertanian produktif atau ruang terbuka hijau yang telah ditanami tiang-tiang pancang untuk mendirikan bangunan berbeton. Mall, apartemen, ruko, atau perumahan. Itulah ‘monumen-monumen mati’. Dan, kita pun dipaksa untuk menyaksikan, menghirup, dan hidup berdampingan dengan “monumen-monumen mati” itu. Monumen yang selalu menghembuskan asap polusi dan menyanyikan lagu-lagu yang memekakkan telinga. Kita pun harus hidup berdampingan dengan krisis lingkungan dan siap untuk memanen panasnya udara, polusi, kebisingan, kekeringan atau kebanjiran.

Melihat begitu pentingnya fungsi tetumbuhan di bumi dalam menangani krisis lingkungan, terutama di daerah perkotaan, maka sangat tepat jika keberadaan hutan kota (urban foresty) mendapat perhatian yang serius dalam pelaksanaan pembangunan tata kota.

Hutan kota berfungi sebagai, pertama, paru-paru kota, kedua, pengatur lingkungan mikro dan penyeimbang alam (adaphis). Vegetasi yang ada akan memunculkan hawa lingkungan setempat menjadi sejuk, nyaman, dan segar, serta sebagai tempat pembentukan hidup bagi berbagai satwa. Ketiga, perlindungan (protektif) terhadap kondisi fisik alami sekitar (seperti angin kencang, paparan terik matahari, gas atau debu-debu). Keempat, keindahan (estetika) kota. Dan, kelima, sebagai sarana rekreasi dan pendidikan.

Menurut Fukuara (1988), hutan kota adalah ruang terbuka yang ditumbuhi vegetasi berkayu di wilayah perkotaan yang memberikan manfaat lingkungan sebesar-besarnya kepada penduduk kota. Mengingat tumbuhan sebagai produsen pertama dalam tata ekosistem dan fungsi hutan kota sangat bergantung pada vegetasi yang digunakan. Maka tidaklah perlu mempersoalkan luas lahan sebagai syarat utama hutan kota. Yang terpenting adalah jumlah dan keanekaragaman vegetasi yang ditanam.

Dan untuk menciptakan sebuah hutan kota yang dapat berdiri kokoh dan lama, maka perlu memperhatikan; pertama, pilihlah bibit generatif, karena bibit ini memiliki akar tunggang dan dapat hidup lebih lama dibandingkan dengan bibit vegetatif. Kedua, media tanam harus dipersiapkan terlebih dahulu, paling tidak seminggu sebelum proses tanam. Ketiga, perawatan pasca-tanam, seperti penyiraman dan pemupukkan. Dan, keempat, political will dari pemerintah yang mengajak masyarakat untuk menciptakan lingkungan kota yang hijau.

Dengan menciptakan hutan kota, meskipun sempit, kita sebenarnya tengah membangun ‘monumen-monumen hidup’. Monumen yang terus hidup dan kelak akan bermanfaat bagi generasi mendatang.


1 komentar:

Unknown mengatakan...

Casino of the Day | Best Air Jordan 11 Retro
Casino air jordan 18 stockx for sale of the Day. With 40 of the new air jordan 18 retro men red newest releases, including an amazing selection air jordan 18 retro yellow suede to us of exclusive casino games and exclusive air jordan 18 retro men free shipping bonuses from bestest air jordan 18 retro men red the best