12 Jul 2013

Hikayat “Rumah Raksasa” di Tepian Sungai Utik

TERSEBUTLAH sebuah kampung bernama Sungai Utik di wilayah Kapuas Hulu, Kalimantan Barat. Nama Sungai Utik diambil dari sungai yang mengairi daerah ini sepanjang masa. Menurut cerita turun-temurun, Dayak Iban yang kini bermukim di tepian Sungai Utik, dahulu mendiami daerah Lanjak, tak jauh dari perbatasan dengan Malaysia.

Kala itu, mereka meyakini bahwa daerah Sungai Utik adalah tanah penuh harapan. Maka, mereka pun meminta ijin kepada masyarakat Dayak Embaloh yang ‘menguasai’ daerah itu, agar bisa menempati tanah harapan itu.

Ijin pun diterbitkan dengan satu syarat, masyarakat Dayak Iban harus menjauhi peperangan antarsuku. Syarat itu pun diamini masyarakat Dayak Iban. Maka, mereka pun mulai berpindah dari Lanjak ke Sungai Utik pada awal 1800-an. Beberapa kali, mereka memindahkan Rumah Bentang ini. Rumah Betang yang saat ini berdiri, dibangun pada era 1970-an dan telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya.

Untuk mencapai Rumah Betang ini butuh perjalanan panjang. Jika menggunakan jalur darat, perjalanan dari Pontianak, ibukota Kalimantan Barat harus ditempuh sejauh 647 kilometer atau sekitar 24 jam perjalanan. Jika tak mau terlalu lelah, perjalanan bisa menggunakan pesawat terbang dari Bandara Supadio Pontianak menuju Putusibau. Dari Putusibau, perjalanan dilanjutkan dengan perjalanan darat sekitar dua jam. Atau jika mau tantangan yang lebih ekstrem, bisa menggunakan jalur sungai dari Putusibau menuju tempat ini. Sepanjang perjalanan menuju tempat ini, panorama hutan belantara yang masih asri akan menjadi suguhan yang memanjakan mata.

Rumah Betang atau orang setempat menyebutnya ruma panjae ini membujur sepanjang 200 meter dengan 37 pintu. Pintu merupakan istilah untuk satu bilik dalam Rumah Betang. Di antara bilik terdapat sebuah jendela yang menghubungkan bilik yang satu dengan lainnya. Sekitar 70 keluarga hidup bersama dalam rumah ini.

Dari masa ke masa, masyarakat Dayak Iban menghidupi tradisi sembari menjaga kelestarian hutan. Kearifan tradisional ini pun membuahkan hasil. Wilayah ini ditetapkan sebagai desa adat pertama yang meraih penghargaan sertifikat ekolabel dari Lembaga Ekolabel Indonesia.
Maka, selama hutan masih lestari dan Sungai Utik masih mengalir, kehidupan masyarakat Dayak Iban masih penuh harapan. Seperti harapan para leluhur mereka, kehidupan masyarakat Dayak Iban masih akan terus membujur sepanjang Rumah Betang, tempat tinggal mereka.

Tidak ada komentar: